BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1 Puerperium adalah waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal, berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari yang meliputi 2 kejadian penting yaitu involutio
uterus dan proses laktasi.
(IBG Manuaba, 1998:190)
2.1.2 Masa nifas
(puerperium) adalah masa sesudahnya
persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali
alat-alat kandungan.
(Depkes
RI, 2004:176)
2.1.3 Puerperium
merupakan masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama 6
minggu.
(Sarwono
Prawirohardjo, 2000)
2.1.4 Masa nifas
adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
(Kapita
Selekta Jilid I, 2001:316)
Pembagian
Masa Post Partum (Nifas)
Menurut
referensi dari Prawirohardjo (2009:238), pembagian nifas di bagi 3 bagian,
yaitu :
1.
Puerperium Dini
- Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.
Puerperium Intermedial
- Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote Puerperium
- Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau tahunan.
2.2 Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas
2.2.1 Involusi Rahim
- Involusi uterus melibatkan peng-reorganisasian dan pengguguran decidua atau endometrium serta pengelupasan situs placenta sebagaimana diperlihatkan (Varney, 2004:252).
- Segera setelah kelahiran bayi, placenta dan membran, beratnya adalah kira-kira 1100 gram dengan panjang kira-kira 15 cm, lebar 12 cm, serta 8 sampai 10 cm tebalnya. Ukuran itu adalah kira-kira dua atau tiga kali ukuran uterus non hamil, multipara.
- Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kira-kira 500 gram pada akhir minggu pertama post partum, 300 gram sampai 350 gram pada akhir minggu kedua, 100 gram pada akhir minggu keenam, dan mencapai berat biasa non hamil 70 gram pada akhir minggu kedelapan post partum.
- Segera setelah kelahiran, bagian puncak dari fundus akan berada kira-kira dua pertiga sampai tiga perempat tingginya diantara shympisis pubis dan umbilicus.
- Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilicus dalam tempo beberapa jam. Ia akan tetap berada pada kira-kira setinggi (atau satu jari lebarnya di bawah) umbilicus selama satu, dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pinggul, kemudian menjadi tidak dapat dipalpasi lagi bila di atas symhisis pubis setelah hari ke sepuluh (Varney, 2004:252).
Setelah placenta
lahir, uterus merupakan alat yang keras karena
kontraksi dan relaksi otot-otot. Fundus uteri 3 jari bawah pusat, selama
2 hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi sesudah 2 hari
uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke –10 tidak teraba lagi dari
luar. Involusi terjadi karena
masing-masing sel menjadi lebih kecil, karena cytoplasmanya yang berlebihan dibuang.
Involusi disebabkan oleh proses autolisis, zat protein dinding rahim dipecah,
diabsorbsi dan dibuang dengan air kencing.
2.2.2 Involusi Tempat
Placenta
- Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu.
- Proses ini mempunyai kepentingan klinik yang amat besar, karena kalau proses ini terganggu, mungkin terjadi pendarahan nifas yang lama. Segera setelah kelahiran, tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya 3 sampai 4 cm.
- Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat plasenta normalnya terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis yang selanjutnya mengalami organisasi trombus secara khusus.
Setelah
persalinan tempat placenta merupakan tempat dengan permukaan besar, tidak rata
dan kira- kira sebesar telapak tangan. Pada permulaan nifas placenta mengandung
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang demikian
sembuh dengan menjadi parut. Tetapi luka bekas placenta tidak meninggalkan
parut. Hal ini disebabkan karena luka
dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru ditambah permukaan
luka.
2.2.3
Perubahan Pembuluh Darah
Dalam
kehamilan, uterus banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas. Leukositosis yang meningkatkan
jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 semasa persalinan, akan tetap
tinggi selama beberapa hari pertama dari masa post partum. Jumlah sel-sel darah
putih tersebut masih bisa naik lagi lebih tinggi sampai 25.000 atau 30.000
tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Jumlah hemoglobin, hematokrit dan erytrocyte akan sangat bervariasi pada
awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma dan
tingkat volume sel darah yang berubah-ubah (Varney, 2004:256).
2.2.4 Perubahan Pada
Serviks Dan Vagina
- Segera setelah persalinan, vagina dalam keadaan menegang dengan disertai adanya edema dan memar, dengan keadaan masih terbuka.
- Dalam satu atau dua hari edema vagina akan berkurang. Dinding vagina akan kembali halus, dengan ukuran yang lebih luas dari biasanya.
- Ukurannya akan mengecil dengan terbentuk kembalinya rugae, pada 3 minggu setelah persalinan. Vagina tersebut akan berukuran sedikit lebih besar dari ukuran vagina sebelum melahirkan pertama kali. Meskipun demikian latihan untuk mengencangkan otot perineum akan memulihkan tonusnya (Varney, 2004:254).
Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum
dapat dilalui oleh 2 jari. Pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Pada serviks terbentuk sel-sel
otot baru hipersalifasi ini dan karena
terakhir retraksi dari servik robekan serviks menjadi sembuh. Walaupun
begitu setelah involusi selesai ostium eksternum tidak serupa dengan keadaannya
sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar dan tetap ada
retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya. Vagina yang sangat regang
waktu persalinan lambat laun mencapai ukuran-ukurannya yang normal pada minggu ke-3 pada masa nifas
rugae mulai tampak kembali.
2.2.5 Dinding Perut dan
Peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar
karena diregang begitu lama. Tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
- Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa berubah menjadi garis-garis yang halus berwarna putih perak (Varney, 2004:255).
- Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa hari sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendor daripada kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan waktu cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.
2.2.6 Laktasi
Masing-masing buah dada terdiri dari 15-24 lobi
yang terletak terpisah satu sama yang lain oleh jaringan lemas. Tiap lobus
terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini. Acini ini menghasilkan air
susu. Tiap lobus mempunyai saluran halus untuk
mengalirkan air susu. Saluran ini disebut duktus laktiferus yang memusat
menuju puting susu dimana masing-masing bermuara. Keadaan buah dada pada 2 hari
pertama nifas sama dengan keadaan dalam
kehamilan. Pada waktu itu buah dada belum mengandung susu melainkan
colostrum yang dikeluarkan dengan memijat areola mamae.
2.2.7 Lochea
Adalah
cairan/sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
2.2.7.1 Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekanium selama 2 hari pasca
persalinan.
2.2.7.2 Lochea Sanguinolenta
Berisi darah berwarna merah kuning dan lendir. Hari ke
3-7 pasca persalinan.
2.2.7.3 Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
2.2.7.4 Lochea Alba
Cairan putih selama 2 minggu.
2.3 Perubahan Sistem
Tubuh lainnya
2.3.1 Suhu Badan
Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari
0,5°C dari keadaan normal. Tetapi tidak lebih dari 39°C sesudah 12 jam pertama
setelah melahirkan. Umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih dari 38°C
kemungkinan ada infeksi.
2.3.2 Nadi
Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah
partus dapat terjadi takikardi. Bila
terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan/penyakit jantung. Pada nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu badan.
2.3.3
Sistem Perkemihan dan Buang
Air Besar
·
pelvis ginjal dan ureter yang
berdilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu setelah
melahirkan.
·
Segera setelah melahirkan kandung
kemih tampak bengkak, sedikit terbendung, dapat hipotonik, dimana hal ini dapat
mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa
urin yang berlebihan kecuali bila diambil langkah-langkah yang mempengaruhi ibu
untuk melakukan buang air kecil secara teratur meskipun pada saat wanita itu
tidak mempunyai keinginan untuk buang air kecil. Efek dari trauma selama
persalinan pada kandung kemih dan ureter akan menghilang dalam 24 jam pertama
setelah melahirkan (Varney, 2004:255).
·
Miksi harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Bila kandung
kemih dapat dilakukan kateterisasi. Untuk
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing sehingga kelancaran kedua
sistem tersebut berlangsung dengan baik BAB harus dilakukan setelah 2 hari PP.
2.3.4
Sistem endokrin
1).
Hormon Plasenta
- Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon Human Placcental Lactogen (HPL), estrogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium.
2).
Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
- Waktu dimulainya ovarium dan menstruasi pada wanita menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar Follicle-Stimulating Hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, dismpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH kadar prolaktin meningkat.
13.
Sistem Urinarius
- Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperkirakan 2 sampai 8 minggu mengalami hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
2.3.5
Sistem Muskulosceletal
·
Terjadi penurunan tonus otot secara bertahap
·
Kelahiran bayi sering menimbulkan trauma musculo pubococygeal
dan sfingter mayor pubis.
·
Pada 24 jam PP terjadi nyeri, lemah pada kaki ® ketegangan otot dan penggunaan tenaga.
2.3.6
Sistem Pencernaan
Sistem
Cerna
1).
Nafsu Makan
- Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan ringan dan setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering-sering ditemukan.
2).
Motilitas
- Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3).
Defekasi
- Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, ibu biasanya merasakan nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
2.3.5 Sistem
Kardiovaskuler
·
Secara bertahap akan kembali normal ® cardiac output 2-9 hari akan kembali seperti sebelum
hamil.
·
Setelah satu minggu post partum volume darah akan kembali
stabil.
Volume
Darah
- Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis).
2).
Curah jantung
- Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintas sirkuit etoroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
16.
Varises
- Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan (Varney, 2004:156).
2.4
Perubahan Psikologi Masa
Nifas
Perubahan
Psikologis Pada Ibu Nifas
Menerima
peran sebagai orang tua adalah suatu proses terjadi dalam 3 tahap yang
meliputi:
1.
Fase Taking In
- Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung hari 1-2 setelah melahirkan, pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
2.
Fase Taking Hold
- Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam perawatan bayi, ibu menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung.
3.
Fase Letting Go
- Fase untuk menerima tanggung jawab akan peran yang berlangsung 10 hari, setelah melahirkan, sudah beradaptasi dengan bayinya.
(Fitramaya,
2008:124)
2.4.1 Peran
sebagai Ibu
2.4.1.1 Teori Reva Rubin
Penekanan teori rubin ® pencapaian peran ibu.
Seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktivitas berupa
latihan-latihan. Pencapaian peran ibu dimulai selama hamil sampai 6 bulan
setelah persalinan.
2.4.1.2 Teori Ramonat T Marcer
Penekanan ® stres ante partum dan
pencapaian peran ibu. Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru
yang membutuhkan pemikiran dan pengenalan yang lengkap tentang diri sendiri.
Step dalam pelaksanaan peran ibu.
a. Antisipatori
Yaitu masa
sebelum menjadi ibu, penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran barunya
dengan mempelajari apa yang dibutuhkan untuk
menjadi seorang ibu.
b. Formal
Yaitu dimulai dengan peran sesungguhnya seorang
ibu.
c. Informal
Yaitu ibu mampu menemukan jalan yang baik
untuk melaksanakan peran seorang ibu.
d. Personal
Yaitu wanita yang telah mahir dalam melaksanakan perannya.
2.4.1.3 Teori Jean Ball
Penekanan ® agar ibu mampu melaksanakan
tugasnya sebagai ibu baik fisik dan
psikologis. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan teori ini terbentuk 3
element :
1. Pelayanan
maternitas
2. Pandangan
masyarakat terhadap keluarga
3. Support
terhadap kepribadian wanita
2.4.1.4 Bainding dan A. Hachment
1. Menurut Nelson
(1986)
- Banding
= dimulainya interaksi emosi sensorik, fisik antara orangtua dan bayi segera setelah lahir.
- Attachment
= ikatan efektif yang terjadi diantara individu (pencurahan perhatian, hubungan
emosi dan fisik yang akrab).
2. Benner dan
Brown (1989)
- Bounding
= terjadi hubungan orangtua dan bayi sejak awal kehidupan.
- Attachment
= pencurahan kasih sayang diantara individu.
2.5 Program dan
Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4x kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah
yang terjadi
Kunjungan |
Waktu
|
Tujuan
|
1
|
- Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling pada ibu/salah satu anggota keluarga,
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Pemberian ASI awal
- Melakukan hubungan antara
ibu dan BBL
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
|
|
2
|
6 hari setelah persalinan
|
- Memastikan
involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, perdarahan
abornomal, tidak ada bau
- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari
|
3
|
2 minggu setelah
persalinan
|
- Sama seperti kunjungan ke-2
- Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu/bayi alami
|
4
|
6 minggu setelah
persalinan
|
- Memberikan konseling untuk
program KB secara dini
|
2.6 Tanda-tanda
Bahaya Masa Nifas
2.6.1 Perdarahan
Pervaginam Banyak dan Menggumpal
2.6.1.1 Kurang 24 jam PP, penyebabnya:
1. Sisa uri
2. Kontraksi
lemah/inertia uteri
3. Perdarahan
karena luka jalan lahir
2.6.1.2 Lebih dari 24 jam PP penyebabnya adalah sisa uri
2.6.2 Lochia Berbau
Kemungkinan penyebab: koprostatis (lochea yang tertimbun
pada vagina)
2.6.3 Payudara yang
berubah menjadi merah, panas dan terasa nyeri
2.6.3.1 Bendungan Payudara
- Suhu tidak
lebih dari 38,5°C
- Terjadi
dalam minggu-minggu pertama PP
2.6.3.2 Mastitis
- Suhu lebih
dari 38,5°C
- Terjadi pada
minggu ke-2 PP
- Bengkak,
keras, kemerahan, nyeri tekan
2.6.4 Demam
Kemungkinan penyebab:
- Febris
puerpuralis
- Mastilitis
- Flegmasia Alba
Dolens
2.6.5 Rasa Sakit Waktu
BAK, Kemungkinan Penyebab Sistitis
Gejala : - kencing
sakit
- daerah atas sympisis nyeri tekan
2.6.6 Rasa sangat sedih
atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya.
2.6.7 Kehilangan nafsu
makan dalam waktu yang lama
2.6.8 Sakit kepala yang
terus menerus, nyeri epigastitik
2.7 Kebutuhan dasar
ibu nifas
2.7.1 Istirahat
2.7.1.1 Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2.7.1.2 Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa
perlahan-lahan.
2.7.1.3 Menyarankan ibu untuk tidur siang.
2.7.1.4 Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu
dalam beberapa hal:
1. Mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
2.7.2 Personal Higiene
2.7.2.1 Menganjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh
tubuh
2.7.2.2 Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air
2.7.2.3 Menyarankan ibu untuk ganti pembalut minimal 2 kali sehari
2.7.2.4 Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah genetalia.
2.7.2.5 Nasehati ibu untuk membersihkan dari setiap kali BAB atau BAK.
2.7.2.6 Jika ibu mempunyai luka episiotomi/laserasi
sarankan pada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
2.7.3 Nutrisi
2.7.3.1 Konsumsi 500 kalori tiap hari
2.7.3.2 Makanan dengan diit seimbang untuk dapat protein, vitamin dan mineral yang
cukup.
2.7.3.3 Minum air putih ± 3 liter setiap hari
2.7.3.4 Minum pil penambah darah selama 40 hari pasca
persalinan.
2.7.4 Perawatan
Payudara
2.7.4.1 Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2.7.4.2 Memakai bra yang menopang
2.7.4.3 Bila puting susu lecet, oleskan ASI yang
keluar pada sekitar puting susu tiap kali selesai menyusui
2.7.4.4 Bila lecet berat istirahat 24 jam ASI dikeluarkan dan
diminimkan dengan memakai sendok.
2.7.4.5 Bila payudara bengkak akibat bendungan ASI
kompres payudara dengan kain basah dan hangat selama 5-10 menit.
2.7.5 Hubungan Seksual
Secara fisik aman untuk
berhubungan suami istri begitu darah yang merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ia tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2.8 Pengawasan Akhir
Kala Nifas
Pemeriksaan akhir kala nifas (post partum) sangat
penting karena dapat digunakan
untuk melakukan pemeriksaan khusus
sebagai berikut:
2.8.1 Melakukan
pemeriksaan pap smear untuk mencari
kemungkinan kelainan stilogi sel servik/sel endometrium
2.8.2 Menilai
seberapa jauh involusi uteri
2.8.3 Melakukan
pemeriksaan inspekulo, sehingga dapat menilai perlukaan post partum
2.8.4 Mempersiapkan
untuk menggunakan metode KB.
Perawatan
Dalam Post Partum (Nifas)
- Pengawasan Kala IV, 1 jam pertama dari nifas meliputi pemeriksaan plasenta supaya tidak ada bagian-bagian plasenta yang tertinggal, pengawasan tingginya fundus uteri, pengawasan perdarahan dari vagina, pengawasan konsistensi rahim, pengawasan keadaan umum ibu.
- Early ambulation, Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan.
- Karena lelah habis persalinan, ibu harus istirahat, tidur terlentang, selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosi dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang.
- Mobilisasi tersebut bervariasi bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka. Kini perawatan perenium lebih aktif dengan dianjurkan “ Mobilisasi Dini ” (early mobilitation), perawatan ini mempunyai keuntungan:
- Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas.
- Mempercepat involusi alat kandungan.
- Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
3.
Diet
- Diet harus sangat mendapat perhatian dalam nifas karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, lagi pula makanan ibu sangat mempengaruhi susunan air susu.
- Ibu nifas harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan diet berimbang untuk mendapat protein, mineral, vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya 40 hari setelah persalinan. Minum kapsul vitamin A (200.000) agar bisa memberikan vitamin A pada bayi lewat ASI nyaMakanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya yang banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi ASI dan jumlah nutrisi penghasil susu.
1).
Kalori
- Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan oleh ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kalori/100 ml, dari kira-kira 85 kalori diperlukan oleh 640±ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan, rata-rata ibu menggunakan kalori/hari untuk 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal.
2).
Protein
- Ibu memerlukan tambahan 20 gram protein di atas kebutuhan normal ketika menyusui, jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kalori yang dianjurkan.
3).
Cairan
- Dianjurkan ibu menyusui minum 2-3 liter cairan/hari baik dalam bentuk air, susu, jus buah-buahan minuman ringan, sirup dan minuman yang tidak mengandung kafein.
4).
Vitamin dan Mineral
- Vitamin dan mineral selama hamil lebih tinggi nutrien yang paling mungkin dikonsumsi dalam jumlah tidak adekuat oleh ibu menyusui adalah kalsium, magnesium, zink, vitamin B6 dan folat.
4.
Suhu
- Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena kenaikan suhu adalah tanda pertama dari infeksi.
5.
Miksi
- Hendaknya kencing untuk dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena spinkter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme selama persalinan. Apabila kandung kemih penuh dan wanita mengalami sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
6.
Defekasi
- Jika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka diberi clysma air sabun atau gliserin.
7.
Puting susu
- harus diperhatikan kebersihannya dan rhagade (luka pecah) harus segera diobati, karena kerusakan puting susu merupakan porte d’ entrée dan menimbulkan mastitis.
8.
Datangnya haid kembali
- Ibu yang tidak menyusukan anaknya, haid datang lebih cepat dari ibu yang menyusukan anaknya. Pada ibu golongan pertama biasanya haid datang 8 minggu setelah persalinan. Pada ibu golongan kedua haid seringkali tidak datang selama ia menyusukan anaknya, tetapi kebanyakan haid datang lagi pada bulan keempat.
9.
Lamanya perawatan di rumah sakit
- Lamanya perawatan di rumah sakit bagi ibu-ibu yang bersalin di Indonesia sering ditentukan oleh keadaan sosial ekonomi. Maka pada umumnya ibu-ibu dengan persalinan biasa tidak lama tinggal di rumah sakit kira-kira 3-5 hari.
10.
Follow up
- Enam minggu setelah persalinan ibu hendaknya memeriksakan diri kembali.
11.
Pakaian
- Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan, daerah perut diikat kencang tidak akan mempengaruhi involusi.
12.
Perawatan Payudara pada Ibu Nifas
- Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
- Menggunakan BH yang menyokong payudara.
- Apabila puting susu lecet, oleskan ASI yang keluar di sekitarnya setelah selesai menyusui.
- Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI dilakukan:
- Pengompresan payudara
- Lakukan pengurutan payudara
- Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI dikeluarkan dengan tangan.
- Keringkan payudara
- Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
2.9 Konsep Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan
kepada individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara:
- Bertahap dan sistematis
- Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan
1. Manajemen Kebidanan
menurut Varney, 1997
1. Pengertian
Ø Proses pemecahan
masalah
Ø Digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah.
Ø Penemuan-penemuan
keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis.
Ø Untuk pengambilan suatu keputusan
Ø Yang berfokus pada
klien.
2. Langkah-langkah
I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk memulai keadaan klien secara
keseluruhan.
II. Menginterpretasikan
data untuk mengidentifikasi diagnosa
atau masalah.
III. Mengidentifikasi
diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
IV. Menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
V. Menyusun
rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
VI. Pelaksanaan
langsung asuhan secara efisien dan aman.
VII. Mengevaluasi
keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali manajemen proses
untuk aspek-aspek asuhan yang tidak
efektif.
* Langkah 1: Tahap
Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini berisi semua
informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif
adalah yang menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopskologi spiritual,
pengetahuan klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari
pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), pemeriksaan
penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
* Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi
terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan.
* Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah
potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau
masalah potensial ini benar-benar terjadi.
* Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
* Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan usaha yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi.
* Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan
menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
* Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar tetap terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam diagnosa dan
masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Anamnese Tanggal :
10-07-2008 Jam
: 18.00
1. Data Subjektif
Nama : Ny. N
Umur : 19 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat : Plaosan
Lamongan
|
Nama suami : Tn.
U
Umur : 22 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : -
Alamat : Plaosan
Lamongan
|
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mules pada perut
3. Riwayat Kesehatan
Sekarang
Ibu mengatakan sedikit nyeri pada daerah jahitan dan ibu sudah
bisa ke kamar mandi sendiri
4. Riwayat Kesehatan
Yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, menurun
maupun menahun
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
seperti; DM, Asma dan TBC.
6. Riwayat kehamilan
persalinan dan nifas yang lalu
No
|
Hamil ke
|
Suami ke
|
UK
|
Jenis Persalinan
|
Penolong
|
Penyulit
|
BB/PB
|
Jenis kelamin
|
H/M
|
Meneteki
|
Riwayat KB
|
![]() |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan sangat senang dengan kelahiran bayinya dan
hubungan ibu dengan suami, keluarga dan orang lain baik
8. Pola kebiasaan
sehari-hari
- Pola Nutrisi
Di rumah: makan 3x/hari 1 porsi dengan nasi, lauk, sayur.
Minum 7-8 gelas/hari.
- Eliminasi
Ibu mengatakan setelah melahirkan BAB 1x dan BAK 4x sehari,
warna kekuningan terasa perih pada kemaluannya
- Aktivitas
Sebelum melahirkan ibu mengerjakan pekerjaan seperti :
menyapu, mencuci. Setelah melahirkan ibu sedikit melakukan aktivitas. Seperti :
miring kiri/kanan, berjalan-jalan ke kamar mandi sendiri
- Istirahat/Tidur
Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam, pada malam hari ± 6-8
jam (21.00-05.00) setelah melahirkan ibu mengatakan kurang nyenyak tidur, sebab
masih terasa nyeri pada daerah kemaluan.
- Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi setiap hari 2x ganti pembalut 2x
sehari, ganti celana dalam 1x sehari
1. Data Objektif
1. Kesadaran : composmentis
KU : baik
TTV : TD : 110/70 mmHg RR : 24x/menit
S : 367°C N : 88
x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, hitam lurus
Kepala : Tidak ada benjolan, bentuknya sedikit
lonjong
Muka : Tidak pucat
Mata : - Conjungtiva
: tidak anemis
- Sklera
: tidak ikterus
Hidung : Bersih tidak ada polip
Mulut : Tidak kering, tidak ada stomatitis
Gigi : Tidak caries
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Axilla : Bersih, tidak ada benjolan
Payudara : Simetris, Tidak ada kelainan, putting susu
menonjol, areola hiperpigmentasi
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi
Genetalia : Bersih, ada keluaran (lochea rubra), odema
(- )
Anus : Tidak ada hemorrhoid
Extremitas atas/ bawah : tidak ada odema, tidak varices
b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada odema
Leher : Tidak ada pembesaran, kelenjar limfe, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak
ada nyeri tekan
Payudara : Tidak ada nyeri tekan, colostrum (+)
Abdomen : Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan
TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Genetalia : Ada nyeri tekan
Ekstermitas atas/bawah : tidak ada odema, tidak ada nyeri
tekan
c. Auskultasi
Dada : Nafas teratur, tidak ada bunyi tambahan
Abdomen : Ada bising khusus
d. Perkusi
Ekstremitas : reflek patella +/+
3.2 Assessment/Diagnosa
* Dx : P10001
8 jam PP fisiologis
DS : Ibu mengatakan nifas hari 1 atau 8 jam post
partum dengan usia kehamilan 39 minggu
DO : Keadaan umum ibu baik
Kesadaran Composmentis
TFU : 2 jari bawah pusat
TD : 110/70 mm Hg
Suhu : 367°C
Nadi : 88x/menit
RR : 24x/mnt
Kontraksi uterus baik
* Masalah : mules
DS : Ibu mengatakan mules pada perut
DO : TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Konsistensi uterus keras
Jumlah pendarahan ± 20 cc
3.3 Diagnosa
Potensial
Tidak ada
3.4 Identifikasi
Kebutuhan Segera
Tidak ada
3.5 Intervensi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Lakukan pendekatan
terapeutik terhadap klien dan keluarga
|
Terjalin kerja sama dan
kepercayaan dengan petugas
|
2
|
Jelaskan pada klien
mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas
|
Diharapkan klien mengerti
pada perubahan yang terjadi pada masa nifas
|
3
|
Observasi TTV, kontraksi
uterus, konsistensi uterus, jumlah perdarahan
|
Untuk mengetahui keadaan
umum ibu
|
4
|
Anjurkan pada ibu untuk
sesering mungkin menyusukan bayinya
|
Kebutuhan nutrisi bayi
tercukupi
|
5
|
Anjurkan ibu untuk tetap
menjaga personal hygiene
|
Ibu merasa nyaman
|
Masalah : mules
Tujuan : Setelah dilakukan
asuhan kebidanan 1x24 jam rasa mules berkurang
Kriteria : - kontraksi uterus : baik
- konsistensi uterus : keras
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Beri penjelasan pada klien
dan keluarga tentang penyebab mules
|
Dengan menjelaskan, pasien
dapat mengerti dan dapat menjadi tenang
|
2
|
Ajari ibu untuk massase
perutnya
|
Ibu mengerti dan tahu cara
massase yang baik
|
3
|
Observasi TTV, kontraksi
uterus, konsistensi uterus
|
Mengetahui keadaan umum
ibu
|
4
|
Beri penjelasan tentang
pentingnya mobilisasi dini
|
Dengan mobilisasi dini
akan mempercepat proses involusi
|
5
|
Berikan terapi
|
Sebagai terapi
|
3.6 Implementasi
Tgl/Jam
|
Dx Kebidanan
|
Implementasi
|
10-07-2008
19.00
|
P1000, 8
jam PP fisiologis
|
1. Melakukan
pendekatan terapeutik terhadap klien dan keluarga
- Memberi salam dan
memperkenalkan diri
- Menanyakan keluhan
klien
- Memberi tahu setiap
tindakan yang akan dilakukan
|
|
|
2. Menjelaskan pada klien mengenai perubahan fisiologis yang terjadi
pada masa nifas
- Perubahan fisik
- Involusi uterus
-
Pengeluaran lochea
-
Pengeluaran ASI
-
Perubahan psikis
|
|
|
3. Mengobservasi TTV :
TD : 110/70 mmHg kontraksi uterus : baik
Suhu : 367°C konsistensi
uterus : keras
Nadi : 88x/mnt
![]()
RR : 24x/mnt
|
|
|
4. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusukan bayinya
|
|
|
5. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene dengan
mengganti kotek setiap selesai BAK/BAB atau sesudah kotek penuh
|
10-07-2008
19.00
|
Mules
|
1. Memberi penjelasan pada pasien dan keluarga tentang penyebab
mules bahwa mules dibedakan karena adanya kontraksi uterus dan hal itu adalah
normal karena uterus telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi lebih keras
karena kontraksinya. Sehingga terjadi penutupan pembuluh darah dan uterus
akan berubah normal seperti sebelum hamil
|
|
|
2. Mengajari ibu untuk memasase uterus dengan cara gerakan tangan
secara memutar pada fundus uterus, sehingga uterus menjadi keras
|
|
|
3. Mengobervasi TTV :
kontraksi uterus : baik TFU
: 2 jari bawah pusat
konsistensi uterus : keras
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 367°C
Nadi : 88x/mnt
RR : 24x/mnt
|
|
|
4. Memberikan penjelasan tentang pentingnya mobilisasi dini :
- Dengan mobilisasi
dini akan cepat terjadi involusi uterus
5. Memberikan terapi :
- analgesik 3x1
- antibiotik 3x1
- Fe 1x1
|
3.7 Evaluasi
Tanggal : 10-07-2008 Jam
: 21.00
Diagnosa : P10001, 8 jam PP Fisiologis
S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan
yang diberikan oleh petugas dan mau melakukan anjuran dari petugas
O : TD : 110/70 mmHg
Suhu : 367°C
N : 88x/mnt
RR : 24x/mnt
Pendarahan 1 kotek
Ibu bisa menjelaskan kembali penjelasan yang
diberikan petugas
TFU 2 jari dibawah pusat
A : P10001, Hari 1 PP, masalah
teratasi
P : - Rencana
dihentikan
- KU ibu
baik, ibu boleh pulang
- HE :
- Personal
hygiene
- Eliminasi masa
nifas
- Perawatan tali
pusat
- Gizi seimbang
- ASI Eksklusif
- Mobilisasi
dini
- Imunisasi dan
KB
- Menganjurkan
untuk kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu ada keluhan
Masalah : mules
S : Ibu mengatakan mules berkurang
O : Keadaan umum ibu baik
TD : 110/70 mmHg kontraksi
uterus : baik
Suhu : 367°C konsistensi uterus
: keras
N : 88x/mnt
RR : 24x/mnt
TFU 2 jari dibawah pusat
A : P10001, masalah teratasi
P : - Anjurkan
ibu untuk menghabiskan semua obat sesuai aturan
- Kontrol
1 minggu lagi atau sewaktu-waktu ada keluhan
- HE :
- Personal
hygiene
- Eliminasi masa
nifas
- Perawatan tali
pusat
- Gizi seimbang
- ASI Eksklusif
- Mobilisasi
dini
- Imunisasi dan
KB
DAFTAR PUSTAKA
·
Depkes RI. 2002. Asuhan
Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta.
·
Depkes RI. 2001. Konsep
Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.
·
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.
·
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.
·
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
·
Pusdiknakes. 2001. Konsep
Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.
·
Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
JHPIEGO. Jakarta.
·
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
·
Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
·
Varney, Hellen. 2001. Buku
Saku Bidan. Jakarta: EGC.
![]() |
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar