Kamis, 26 April 2012

konsep postpartum


                                                            BAB II
LANDASAN TEORI

2.1     Pengertian
2.1.1  Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan normal, berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari yang meliputi 2 kejadian penting yaitu involutio uterus dan proses laktasi.
          (IBG Manuaba, 1998:190)
2.1.2  Masa nifas (puerperium) adalah  masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan.
          (Depkes RI, 2004:176)
2.1.3  Puerperium merupakan masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama 6 minggu.
          (Sarwono Prawirohardjo, 2000)
2.1.4  Masa nifas adalah  masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
          (Kapita Selekta Jilid I, 2001:316)

Pembagian Masa Post Partum (Nifas)
Menurut referensi dari Prawirohardjo (2009:238), pembagian nifas di bagi 3 bagian, yaitu :
1. Puerperium Dini
  • Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
  • Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.


3. Remote Puerperium
  • Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu, bulan atau tahunan.


2.2     Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas
2.2.1  Involusi Rahim
  • Involusi uterus melibatkan peng-reorganisasian dan pengguguran decidua atau endometrium serta pengelupasan situs placenta sebagaimana diperlihatkan (Varney, 2004:252).
  • Segera setelah kelahiran bayi, placenta dan membran, beratnya adalah kira-kira 1100 gram dengan panjang kira-kira 15 cm, lebar 12 cm, serta 8 sampai 10 cm tebalnya. Ukuran itu adalah kira-kira dua atau tiga kali ukuran uterus non hamil, multipara. 
  • Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kira-kira 500 gram pada akhir minggu pertama post partum, 300 gram sampai 350 gram pada akhir minggu kedua, 100 gram pada akhir minggu keenam, dan mencapai berat biasa non hamil 70 gram pada akhir minggu kedelapan post partum. 
  • Segera setelah kelahiran, bagian puncak dari fundus akan berada kira-kira dua pertiga sampai tiga perempat tingginya diantara shympisis pubis dan umbilicus. 
  • Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilicus dalam tempo beberapa jam. Ia akan tetap berada pada kira-kira setinggi (atau satu jari lebarnya di bawah) umbilicus selama satu, dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pinggul, kemudian menjadi tidak dapat dipalpasi lagi bila di atas symhisis pubis setelah hari ke sepuluh (Varney, 2004:252).

                   Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena  kontraksi dan relaksi otot-otot. Fundus uteri 3 jari bawah pusat, selama 2 hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi sesudah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke –10 tidak teraba lagi dari luar. Involusi terjadi karena  masing-masing sel menjadi lebih kecil, karena  cytoplasmanya yang berlebihan dibuang. Involusi disebabkan oleh proses autolisis, zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi dan dibuang dengan air kencing.

2.2.2  Involusi Tempat Placenta
  • Ekstrusi lengkap tempat plasenta perlu waktu sampai 6 minggu. 
  • Proses ini mempunyai kepentingan klinik yang amat besar, karena kalau proses ini terganggu, mungkin terjadi pendarahan nifas yang lama. Segera setelah kelahiran, tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya 3 sampai 4 cm. 
  • Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat plasenta normalnya terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis yang selanjutnya mengalami organisasi trombus secara khusus.
               Setelah persalinan tempat placenta merupakan tempat dengan permukaan besar, tidak rata dan kira- kira sebesar telapak tangan. Pada permulaan nifas placenta mengandung pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut. Tetapi luka bekas placenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena  luka dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru ditambah permukaan luka.



2.2.3   Perubahan Pembuluh Darah
                   Dalam  kehamilan, uterus banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena  setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam  masa nifas.  Leukositosis yang meningkatkan jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 semasa persalinan, akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama dari masa post partum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi lebih tinggi sampai 25.000 atau 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan erytrocyte akan sangat bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma dan tingkat volume sel darah yang berubah-ubah (Varney, 2004:256).


2.2.4  Perubahan Pada Serviks Dan Vagina
  • Segera setelah persalinan, vagina dalam keadaan menegang dengan disertai adanya edema dan memar, dengan keadaan masih terbuka. 
  • Dalam satu atau dua hari edema vagina akan berkurang. Dinding vagina akan kembali halus, dengan ukuran yang lebih luas dari biasanya. 
  • Ukurannya akan mengecil dengan terbentuk kembalinya rugae, pada 3 minggu setelah persalinan. Vagina tersebut akan berukuran sedikit lebih besar dari ukuran vagina sebelum melahirkan pertama kali. Meskipun demikian latihan untuk mengencangkan otot perineum akan memulihkan tonusnya (Varney, 2004:254).
             
              Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari. Pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena  robekan dalam  persalinan. Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru hipersalifasi ini dan karena  terakhir retraksi dari servik robekan serviks menjadi sembuh. Walaupun begitu setelah involusi selesai ostium eksternum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Vagina  yang sangat regang waktu persalinan lambat laun mencapai ukuran-ukurannya  yang normal pada minggu ke-3 pada masa nifas rugae mulai tampak kembali. 

2.2.5  Dinding Perut dan Peritonium
                   Setelah persalinan dinding perut longgar karena  diregang begitu lama. Tetapi biasanya pulih kembali dalam  6 minggu.
  • Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa berubah menjadi garis-garis yang halus berwarna putih perak (Varney, 2004:255).
  • Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa hari sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendor daripada kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan waktu cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.
2.2.6  Laktasi
                   Masing-masing buah dada terdiri dari 15-24 lobi yang terletak terpisah satu sama yang lain oleh jaringan lemas. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini. Acini ini menghasilkan air susu. Tiap lobus mempunyai saluran halus untuk  mengalirkan air susu. Saluran ini disebut duktus laktiferus yang memusat menuju puting susu dimana masing-masing bermuara. Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam  kehamilan. Pada waktu itu buah dada belum mengandung susu melainkan colostrum yang dikeluarkan dengan memijat areola mamae. 

2.2.7  Lochea
                   Adalah  cairan/sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam  masa nifas. 
2.2.7.1   Lochea Rubra
              Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekanium selama 2 hari pasca persalinan.
2.2.7.2   Lochea Sanguinolenta
              Berisi darah berwarna merah kuning dan lendir. Hari ke 3-7 pasca persalinan.
2.2.7.3   Lochea Serosa
              Berwarna kuning, cairan tidak  berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
2.2.7.4   Lochea Alba
              Cairan putih selama 2 minggu.

2.3     Perubahan Sistem Tubuh lainnya
2.3.1  Suhu Badan
                   Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5°C dari keadaan normal. Tetapi tidak lebih dari 39°C sesudah 12 jam pertama setelah melahirkan. Umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih dari 38°C kemungkinan ada infeksi.
2.3.2  Nadi
                   Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi.  Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan/penyakit jantung. Pada nifas umumnya denyut nadi lebih  labil dibanding suhu badan.


2.3.3   Sistem Perkemihan dan Buang Air Besar
·             pelvis ginjal dan ureter yang berdilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu setelah melahirkan. 
·             Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak, sedikit terbendung, dapat hipotonik, dimana hal ini dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa urin yang berlebihan kecuali bila diambil langkah-langkah yang mempengaruhi ibu untuk melakukan buang air kecil secara teratur meskipun pada saat wanita itu tidak mempunyai keinginan untuk buang air kecil. Efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan ureter akan menghilang dalam 24 jam pertama setelah melahirkan (Varney, 2004:255).
·             Miksi harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Bila kandung kemih dapat dilakukan kateterisasi. Untuk  mengistirahatkan otot-otot kandung kencing sehingga kelancaran kedua sistem tersebut berlangsung dengan baik BAB harus dilakukan setelah 2 hari PP.

2.3.4   Sistem endokrin
1). Hormon Plasenta
  • Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon Human Placcental Lactogen (HPL), estrogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium.
2). Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
  • Waktu dimulainya ovarium dan menstruasi pada wanita menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar Follicle-Stimulating Hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, dismpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH kadar prolaktin meningkat.

13. Sistem Urinarius
  • Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperkirakan 2 sampai 8 minggu mengalami hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.

2.3.5   Sistem Muskulosceletal
·      Terjadi penurunan tonus otot secara bertahap
·      Kelahiran bayi sering menimbulkan trauma musculo pubococygeal dan sfingter mayor pubis.
·      Pada 24 jam PP terjadi nyeri, lemah pada kaki ® ketegangan otot dan penggunaan tenaga. 


2.3.6   Sistem Pencernaan
Sistem Cerna
1). Nafsu Makan
  • Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan ringan dan setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering-sering ditemukan.
2). Motilitas
  • Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3). Defekasi
  • Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, ibu biasanya merasakan nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.

2.3.5  Sistem Kardiovaskuler
·   Secara bertahap akan kembali normal ® cardiac output 2-9 hari akan kembali seperti sebelum hamil.
·    Setelah satu minggu post partum volume darah akan kembali stabil. 
Volume Darah
  • Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis).
2). Curah jantung
  • Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintas sirkuit etoroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.

16. Varises
  • Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan (Varney, 2004:156).


2.4      Perubahan Psikologi Masa Nifas
Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas
Menerima peran sebagai orang tua adalah suatu proses terjadi dalam 3 tahap yang meliputi:
1. Fase Taking In
  • Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung hari 1-2 setelah melahirkan, pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
2. Fase Taking Hold
  • Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam perawatan bayi, ibu menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung.
3. Fase Letting Go
  • Fase untuk menerima tanggung jawab akan peran yang berlangsung 10 hari, setelah melahirkan, sudah beradaptasi dengan bayinya.
(Fitramaya, 2008:124)

2.4.1  Peran sebagai  Ibu
2.4.1.1   Teori Reva Rubin
              Penekanan teori rubin ® pencapaian peran ibu. Seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktivitas berupa latihan-latihan. Pencapaian peran ibu dimulai selama hamil sampai 6 bulan setelah persalinan.
2.4.1.2   Teori Ramonat T Marcer
              Penekanan ® stres ante partum dan pencapaian peran ibu. Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan pengenalan yang lengkap tentang diri sendiri. Step dalam  pelaksanaan peran ibu.
              a.  Antisipatori
                   Yaitu masa sebelum menjadi ibu, penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran barunya dengan mempelajari apa yang dibutuhkan untuk  menjadi seorang ibu.
              b.  Formal
                   Yaitu dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu.
              c.  Informal
                   Yaitu ibu mampu menemukan jalan yang baik untuk  melaksanakan peran seorang ibu.
              d.  Personal
                   Yaitu wanita yang telah mahir dalam  melaksanakan perannya. 
2.4.1.3   Teori Jean Ball
              Penekanan ® agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai  ibu baik fisik dan psikologis. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan teori ini terbentuk 3 element :
              1.  Pelayanan maternitas
              2.  Pandangan masyarakat terhadap keluarga
              3.  Support terhadap kepribadian wanita 
2.4.1.4   Bainding dan A. Hachment
              1.  Menurut Nelson (1986)
                   -    Banding = dimulainya interaksi emosi sensorik, fisik antara  orangtua dan bayi segera setelah lahir.
                   -    Attachment = ikatan efektif yang terjadi diantara individu (pencurahan perhatian, hubungan emosi dan fisik yang akrab). 


              2.  Benner dan Brown (1989)
                   -    Bounding = terjadi hubungan orangtua dan bayi sejak awal kehidupan.
                   -    Attachment = pencurahan kasih sayang diantara individu.

2.5     Program dan Kebijakan Teknis
                   Paling sedikit 4x kunjungan  masa nifas dilakukan untuk  menilai status ibu dan bayi dan untuk  mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi

Kunjungan

Waktu
Tujuan
1
6-8  jam setelah persalinan
-    Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
-    Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
-    Memberikan konseling pada ibu/salah satu anggota keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena  atonia uteri.
-    Pemberian ASI awal
-    Melakukan hubungan antara  ibu dan BBL
-    Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2
6 hari setelah persalinan
-    Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
-    Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, perdarahan abornomal, tidak ada bau
-    Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
-    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
-    Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari
3
2 minggu setelah persalinan
-    Sama seperti kunjungan ke-2
-    Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang  ibu/bayi alami
4
6 minggu setelah persalinan
-    Memberikan konseling untuk  program KB secara dini

2.6     Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
2.6.1  Perdarahan Pervaginam Banyak dan Menggumpal
2.6.1.1   Kurang 24 jam PP, penyebabnya:    
              1.  Sisa uri
              2.  Kontraksi lemah/inertia uteri
              3.  Perdarahan karena  luka jalan lahir
2.6.1.2   Lebih dari 24 jam PP penyebabnya adalah  sisa uri

2.6.2  Lochia Berbau
          Kemungkinan penyebab: koprostatis (lochea yang tertimbun pada vagina)

2.6.3  Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa nyeri
2.6.3.1   Bendungan Payudara
              -    Suhu tidak lebih dari 38,5°C
              -    Terjadi dalam  minggu-minggu pertama PP
2.6.3.2   Mastitis
              -    Suhu lebih dari 38,5°C
              -    Terjadi pada minggu ke-2 PP
              -    Bengkak, keras, kemerahan, nyeri tekan

2.6.4  Demam
          Kemungkinan penyebab:
          -    Febris puerpuralis
          -    Mastilitis
          -    Flegmasia Alba Dolens

2.6.5  Rasa Sakit Waktu BAK, Kemungkinan Penyebab Sistitis
          Gejala : - kencing sakit
                        - daerah atas sympisis nyeri tekan

2.6.6  Rasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya.
2.6.7  Kehilangan nafsu makan dalam  waktu yang lama
2.6.8  Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastitik

2.7     Kebutuhan dasar ibu nifas
2.7.1  Istirahat 
2.7.1.1   Menganjurkan ibu untuk  beristirahat cukup untuk  mencegah kelelahan yang berlebihan.
2.7.1.2   Sarankan ibu untuk  kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan. 
2.7.1.3   Menyarankan ibu untuk  tidur siang.
2.7.1.4   Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam  beberapa hal:
              1.  Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
              2.  Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
              3.  Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk  merawat bayi dan dirinya sendiri.

2.7.2  Personal Higiene
2.7.2.1   Menganjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh
2.7.2.2   Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
2.7.2.3   Menyarankan ibu untuk  ganti pembalut minimal 2 kali sehari
2.7.2.4   Menyarankan ibu untuk  mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia.
2.7.2.5   Nasehati ibu untuk  membersihkan dari setiap kali BAB atau BAK.
2.7.2.6   Jika ibu mempunyai luka episiotomi/laserasi sarankan pada ibu untuk  menghindari menyentuh daerah luka.
2.7.3  Nutrisi
2.7.3.1   Konsumsi 500 kalori tiap hari
2.7.3.2   Makanan dengan diit seimbang untuk  dapat protein, vitamin dan mineral yang cukup. 
2.7.3.3   Minum air putih ± 3 liter setiap hari 
2.7.3.4   Minum pil penambah darah selama 40 hari pasca persalinan. 

2.7.4  Perawatan Payudara
2.7.4.1   Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2.7.4.2   Memakai bra yang menopang
2.7.4.3   Bila puting susu lecet, oleskan ASI yang keluar pada sekitar puting susu tiap kali selesai menyusui
2.7.4.4   Bila lecet berat  istirahat 24 jam ASI dikeluarkan dan diminimkan dengan memakai sendok.
2.7.4.5   Bila payudara bengkak akibat bendungan ASI kompres payudara dengan kain basah dan hangat selama 5-10 menit. 

2.7.5  Hubungan Seksual
          Secara fisik aman untuk  berhubungan suami istri begitu darah yang merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam  vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk  melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

2.8     Pengawasan Akhir Kala Nifas
                   Pemeriksaan akhir kala nifas (post partum) sangat penting karena  dapat digunakan untuk  melakukan pemeriksaan khusus sebagai  berikut:
          2.8.1  Melakukan pemeriksaan pap smear untuk  mencari kemungkinan kelainan stilogi sel servik/sel endometrium
          2.8.2  Menilai seberapa jauh involusi uteri
          2.8.3  Melakukan pemeriksaan inspekulo, sehingga dapat menilai perlukaan post partum
          2.8.4  Mempersiapkan untuk  menggunakan metode KB.
Perawatan Dalam Post Partum (Nifas)
  • Pengawasan Kala IV, 1 jam pertama dari nifas meliputi pemeriksaan plasenta supaya tidak ada bagian-bagian plasenta yang tertinggal, pengawasan tingginya fundus uteri, pengawasan perdarahan dari vagina, pengawasan konsistensi rahim, pengawasan keadaan umum ibu.
  • Early ambulation, Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan.
  • Karena lelah habis persalinan, ibu harus istirahat, tidur terlentang, selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosi dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang.
  • Mobilisasi tersebut bervariasi bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka. Kini perawatan perenium lebih aktif dengan dianjurkan “ Mobilisasi Dini ” (early mobilitation), perawatan ini mempunyai keuntungan:
  • Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas.
  • Mempercepat involusi alat kandungan.
  • Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

3. Diet
  • Diet harus sangat mendapat perhatian dalam nifas karena makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, lagi pula makanan ibu sangat mempengaruhi susunan air susu.
  • Ibu nifas harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. Makan dengan diet berimbang untuk mendapat protein, mineral, vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat besi setidaknya 40 hari setelah persalinan. Minum kapsul vitamin A (200.000) agar bisa memberikan vitamin A pada bayi lewat ASI nyaMakanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya yang banyak mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi ASI dan jumlah nutrisi penghasil susu.
1). Kalori
  • Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan oleh ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kalori/100 ml, dari kira-kira 85 kalori diperlukan oleh  640±ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan, rata-rata ibu menggunakan  kalori/hari untuk 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal.
2). Protein
  • Ibu memerlukan tambahan 20 gram protein di atas kebutuhan normal ketika menyusui, jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kalori yang dianjurkan.
3). Cairan
  • Dianjurkan ibu menyusui minum 2-3 liter cairan/hari baik dalam bentuk air, susu, jus buah-buahan minuman ringan, sirup dan minuman yang tidak mengandung kafein.
4). Vitamin dan Mineral
  • Vitamin dan mineral selama hamil lebih tinggi nutrien yang paling mungkin dikonsumsi dalam jumlah tidak adekuat oleh ibu menyusui adalah kalsium, magnesium, zink, vitamin B6 dan folat.

4. Suhu
  • Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena kenaikan suhu adalah tanda pertama dari infeksi.
5. Miksi
  • Hendaknya kencing untuk dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena spinkter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme selama persalinan. Apabila kandung kemih penuh dan wanita mengalami sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
6. Defekasi
  • Jika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka diberi clysma air sabun atau gliserin.
7. Puting susu 
  • harus diperhatikan kebersihannya dan rhagade (luka pecah) harus segera diobati, karena kerusakan puting susu merupakan porte d’ entrée dan menimbulkan mastitis.
8. Datangnya haid kembali
  • Ibu yang tidak menyusukan anaknya, haid datang lebih cepat dari ibu yang menyusukan anaknya. Pada ibu golongan pertama biasanya haid datang 8 minggu setelah persalinan. Pada ibu golongan kedua haid seringkali tidak datang selama ia menyusukan anaknya, tetapi kebanyakan haid datang lagi pada bulan keempat.
9. Lamanya perawatan di rumah sakit
  • Lamanya perawatan di rumah sakit bagi ibu-ibu yang bersalin di Indonesia sering ditentukan oleh keadaan sosial ekonomi. Maka pada umumnya ibu-ibu dengan persalinan biasa tidak lama tinggal di rumah sakit kira-kira 3-5 hari.
10. Follow up
  • Enam minggu setelah persalinan ibu hendaknya memeriksakan diri kembali.

11. Pakaian
  • Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan, daerah perut diikat kencang tidak akan mempengaruhi involusi.

12. Perawatan Payudara pada Ibu Nifas
  1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
  2. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
  3. Apabila puting susu lecet, oleskan ASI yang keluar di sekitarnya setelah selesai menyusui.
  4. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI dilakukan:
  • Pengompresan payudara
  • Lakukan pengurutan payudara
  • Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI dikeluarkan dengan tangan.
  • Keringkan payudara
  • Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.


2.9     Konsep Asuhan Kebidanan

          Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara:
-    Bertahap dan sistematis
-    Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan 

1.  Manajemen Kebidanan menurut Varney, 1997
     1.  Pengertian
Ø Proses pemecahan masalah 
Ø Digunakan sebagai  metode untuk  mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. 
Ø Penemuan-penemuan keterampilan dalam  rangkaian atau tahapan yang logis. 
Ø Untuk  pengambilan suatu keputusan
Ø Yang berfokus pada klien. 
     2.  Langkah-langkah 
          I.         Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk  memulai keadaan klien secara keseluruhan.
          II.        Menginterpretasikan data untuk  mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
          III.      Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
          IV.      Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien. 
          V.        Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
          VI.      Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
          VII.     Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali manajemen proses untuk  aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

          *   Langkah 1: Tahap Pengumpulan Data Dasar
                        Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalah  yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.  Yang termasuk data subjektif antara  lain biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopskologi spiritual, pengetahuan klien.
                   Data objektif adalah  yang menggambarkan  pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam  data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), pemeriksaan penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).

          *   Langkah II : Interpretasi Data Dasar

                        Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

          *   Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
                   Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

          *   Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk  melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien
                   Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk  dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. 

          *   Langkah V :  Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

                   Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

          *   Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

                      Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk  mengarahkan pelaksanaannya. 

          *   Langkah VII: Evaluasi

                   Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam  diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam  pelaksanaannya.


BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1     PENGKAJIAN
          Anamnese Tanggal : 10-07-2008                                   Jam : 18.00
1.  Data Subjektif
Nama              :   Ny. N
Umur               :   19 tahun 
Suku/bangsa    :   Jawa/Indonesia
Pendidikan      :   SMP
Pekerjaan        :   IRT
Penghasilan     :   -
Alamat            :   Plaosan Lamongan
Nama suami    :   Tn. U
Umur               :   22 tahun 
Suku/bangsa    :   Jawa/Indonesia
Pendidikan      :   SMA
Pekerjaan        :   Wiraswasta
Penghasilan     :   -
Alamat            :   Plaosan Lamongan


2.  Keluhan Utama
     Ibu mengatakan mules pada perut
3.  Riwayat Kesehatan Sekarang
     Ibu mengatakan sedikit nyeri pada daerah jahitan dan ibu sudah bisa ke kamar mandi sendiri
4.  Riwayat Kesehatan Yang lalu
     Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, menurun maupun menahun
5.  Riwayat Kesehatan Keluarga
     Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti; DM, Asma dan TBC.

6.  Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu 
No
Hamil ke
Suami ke
UK
Jenis Persalinan
Penolong
Penyulit
BB/PB
Jenis kelamin
H/M
Meneteki
Riwayat KB
HAMIL INI




























































7.  Riwayat Psikososial
     Ibu mengatakan sangat senang dengan kelahiran bayinya dan hubungan ibu dengan suami, keluarga dan orang lain baik
8.  Pola kebiasaan sehari-hari
     -    Pola Nutrisi
          Di rumah: makan 3x/hari 1 porsi dengan nasi, lauk, sayur. Minum 7-8 gelas/hari.
     -    Eliminasi
          Ibu mengatakan setelah melahirkan BAB 1x dan BAK 4x sehari, warna kekuningan terasa perih pada kemaluannya
     -    Aktivitas
          Sebelum melahirkan ibu mengerjakan pekerjaan seperti : menyapu, mencuci. Setelah melahirkan ibu sedikit melakukan aktivitas. Seperti : miring kiri/kanan, berjalan-jalan ke kamar mandi sendiri
     -    Istirahat/Tidur
          Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam, pada malam hari ± 6-8 jam (21.00-05.00) setelah melahirkan ibu mengatakan kurang nyenyak tidur, sebab masih terasa nyeri pada daerah kemaluan.
     -    Personal hygiene
          Ibu mengatakan mandi setiap hari 2x ganti pembalut 2x sehari, ganti celana dalam 1x sehari

1.  Data Objektif
1.  Kesadaran : composmentis
     KU           :  baik
     TTV :     TD : 110/70 mmHg                      RR : 24x/menit
                   S    : 367°C                                   N : 88 x/menit 
2.  Pemeriksaan fisik
     a.  Inspeksi
          Rambut      :    Bersih, tidak ada ketombe, hitam lurus
          Kepala        :    Tidak ada benjolan, bentuknya sedikit lonjong
          Muka          :    Tidak pucat
          Mata               :    -    Conjungtiva : tidak anemis
                                 -    Sklera : tidak ikterus
          Hidung       :    Bersih tidak ada polip
          Mulut         :    Tidak kering, tidak ada stomatitis
          Gigi            :    Tidak caries
          Telinga       :    Simetris, bersih, tidak ada kelainan
          Leher          :    Tidak ada pembesaran kelenjar
          Axilla         :    Bersih, tidak ada benjolan
          Payudara    :    Simetris, Tidak ada kelainan, putting susu menonjol, areola hiperpigmentasi
          Abdomen   :    Tidak ada bekas luka operasi
          Genetalia    :    Bersih, ada keluaran (lochea rubra), odema (- )
          Anus               :    Tidak ada hemorrhoid
          Extremitas atas/ bawah : tidak ada odema, tidak varices
     b.  Palpasi
          Kepala        :    Tidak ada benjolan, tidak ada odema
          Leher          :    Tidak ada pembesaran, kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid  dan tidak ada nyeri tekan
          Payudara    :    Tidak ada nyeri tekan, colostrum (+)
          Abdomen   :    Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
          Genetalia    :    Ada nyeri tekan
          Ekstermitas atas/bawah : tidak ada odema, tidak ada nyeri tekan
     c.  Auskultasi
          Dada               :    Nafas teratur, tidak ada bunyi tambahan
          Abdomen   :    Ada bising khusus
     d.  Perkusi
          Ekstremitas : reflek patella +/+


3.2     Assessment/Diagnosa 
     *   Dx     :    P10001 8 jam PP fisiologis
          DS    :    Ibu mengatakan nifas hari 1 atau 8 jam post partum dengan usia kehamilan 39 minggu
          DO    :    Keadaan umum ibu baik
                        Kesadaran Composmentis
                        TFU : 2 jari bawah pusat
                        TD : 110/70 mm Hg
                        Suhu : 367°C
                        Nadi : 88x/menit
                        RR : 24x/mnt
                        Kontraksi uterus baik
     *   Masalah : mules
          DS    :    Ibu mengatakan mules pada perut
          DO    :    TFU 2 jari bawah pusat
                        Kontraksi uterus baik
                        Konsistensi uterus keras
                        Jumlah pendarahan ± 20 cc




3.3     Diagnosa Potensial
          Tidak ada

3.4     Identifikasi Kebutuhan Segera
          Tidak ada 

3.5     Intervensi
No
Intervensi
Rasional
1
Lakukan pendekatan terapeutik terhadap klien dan keluarga
Terjalin kerja sama dan kepercayaan dengan petugas
2
Jelaskan pada klien mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas
Diharapkan klien mengerti pada perubahan yang terjadi pada masa nifas
3
Observasi TTV, kontraksi uterus, konsistensi uterus, jumlah perdarahan
Untuk mengetahui keadaan umum ibu

4
Anjurkan pada ibu untuk sesering mungkin menyusukan bayinya
Kebutuhan nutrisi bayi tercukupi
5
Anjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene
Ibu merasa nyaman

Masalah : mules
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan 1x24 jam rasa mules berkurang
Kriteria : - kontraksi  uterus : baik
         - konsistensi uterus : keras
No
Intervensi
Rasional
1
Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab mules
Dengan menjelaskan, pasien dapat mengerti dan dapat menjadi tenang
2
Ajari ibu untuk massase perutnya
Ibu mengerti dan tahu cara massase yang baik
3
Observasi TTV, kontraksi uterus, konsistensi uterus
Mengetahui keadaan umum ibu

4
Beri penjelasan tentang pentingnya mobilisasi dini
Dengan mobilisasi dini akan mempercepat proses involusi
5
Berikan terapi
Sebagai terapi



3.6     Implementasi
Tgl/Jam
Dx Kebidanan
Implementasi
10-07-2008
19.00
P1000, 8 jam PP fisiologis
1.  Melakukan pendekatan terapeutik terhadap klien dan keluarga
     -    Memberi salam dan memperkenalkan diri
     -    Menanyakan keluhan klien
     -    Memberi tahu setiap tindakan yang akan dilakukan


2.  Menjelaskan pada klien mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas
     -    Perubahan fisik
     ­-    Involusi uterus
-       Pengeluaran lochea
-       Pengeluaran ASI
-       Perubahan psikis


3.  Mengobservasi TTV :
     TD    :    110/70 mmHg      kontraksi uterus : baik
     Suhu : 367°C                      konsistensi uterus : keras
     Nadi :    88x/mnt                pendarahan : ± 20 cc
     RR    :    24x/mnt


4.  Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin menyusukan bayinya


5.  Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene dengan mengganti kotek setiap selesai BAK/BAB atau sesudah kotek penuh 
10-07-2008
19.00
Mules
1.  Memberi penjelasan pada pasien dan keluarga tentang penyebab mules bahwa mules dibedakan karena adanya kontraksi uterus dan hal itu adalah normal karena uterus telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi lebih keras karena kontraksinya. Sehingga terjadi penutupan pembuluh darah dan uterus akan berubah normal seperti sebelum hamil


2.  Mengajari ibu untuk memasase uterus dengan cara gerakan tangan secara memutar pada fundus uterus, sehingga uterus menjadi keras


3.    Mengobervasi TTV :
     kontraksi uterus : baik         TFU : 2 jari bawah pusat
     konsistensi uterus : keras
     TD    :    110/70 mmHg
     Suhu : 367°C
     Nadi :    88x/mnt
     RR    :    24x/mnt


4.  Memberikan penjelasan tentang pentingnya mobilisasi dini :
     -    Dengan mobilisasi dini akan cepat terjadi involusi uterus
5.  Memberikan terapi :
     -    analgesik 3x1
     -    antibiotik 3x1
     -    Fe 1x1


3.7     Evaluasi
          Tanggal : 10-07-2008                Jam : 21.00
          Diagnosa : P10001, 8 jam PP Fisiologis
          S   :    Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas dan mau melakukan anjuran dari petugas
          O  :    TD    :  110/70 mmHg                   
                   Suhu :    367°C
                   N      :    88x/mnt                         
                   RR    :    24x/mnt
                   Pendarahan 1 kotek
                   Ibu bisa menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan petugas
                   TFU 2 jari dibawah pusat
          A  :    P10001, Hari 1 PP, masalah teratasi  
          P   :    -    Rencana dihentikan
                   -    KU ibu baik, ibu boleh pulang
                   -    HE :
              -   Personal hygiene
              -   Eliminasi masa nifas
              -   Perawatan tali pusat
              -   Gizi seimbang
              -   ASI Eksklusif
              -   Mobilisasi dini
              -   Imunisasi dan KB
                   -    Menganjurkan untuk kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu ada keluhan

          Masalah : mules
          S   :    Ibu mengatakan mules berkurang
          O  :    Keadaan umum ibu baik
                   TD    :  110/70 mmHg                  kontraksi uterus : baik              
                   Suhu :    367°C                             konsistensi uterus : keras
                   N      :    88x/mnt                         
                   RR    :    24x/mnt
                   TFU 2 jari dibawah pusat
          A  :    P10001, masalah teratasi
          P   :    -    Anjurkan ibu untuk menghabiskan semua obat sesuai aturan
                   -    Kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu ada keluhan
          -    HE :
              -   Personal hygiene
              -   Eliminasi masa nifas
              -   Perawatan tali pusat
              -   Gizi seimbang
              -   ASI Eksklusif
              -   Mobilisasi dini
              -   Imunisasi dan KB
    



DAFTAR  PUSTAKA


·         Depkes RI. 2002. Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta.
·         Depkes RI. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.
·         Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.
·         Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.
·         Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.  Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
·         Pusdiknakes. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.
·         Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. JHPIEGO. Jakarta. 
·         Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
·         Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
·         Varney, Hellen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.


 





         



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar